Aku sudah cerita sebelumya di kisah tentang Ramadhan pertama bersama suamiku. Aku sampaikan kalau suamiku ini adalah orang yang terjaga shalat malamnya. Sejauh setahun lebih menikah ini sepertinya baru satu kali terlewat gak shalat malam. Itupun karena posisi kita sedang trip bareng anak kantor ke Bromo Malang. Posisi kita ada di dalam kereta dan emang kurang memungkinkan untuk jalanin shalat malam. Wah,.alhamdulillah banget harusnya aku bersyukur punya suami macam ini yang spesial. Harusnya juga aku bisa tertular dengan ibadahnya yang bisa istiqomah.
Berulang kali suamiku selalu membangunkanku untuk shalat malam setiap malamnya. Aku termasuk yang ogah-ogahan buat bangun dan shalat lail, duh syetan mana yang meghalangiku dari bangun tidur ini. Ya, itulah ibadah itu emang berat di awal-awal tapi kalo kita udah butuh dengan sendirinya semua bisa berjalan dengan alami. Bahkan jika terlewat rasanya akan ada yang hilang dan yang kurang. Sejauh ini PR ku sih untuk bisa menjadi tertib dalam ibadah sunnah yang sangat mulia dan dianjurkan ini.
Jika pas Ramadhan, karena aku sudah shalat tarawih dan sibuk menyiapkan sahur, aku gak shalat Lail. Tapi suamiku tetap mendirikannya sembari nunggu sahur tiba. Aku harusnya bisa mencontoh suamiku ya dari kebaikan dan teladan dalam ibadah satu ini. Bismillah aku belum bisa mengikutinya tapi semoga suatu saat aku akan selalu ada di belakangnya ketika shalat Lail di malam-malam kami. Adanya suamiku berarti menjadi semacam kebaikan dan juga upgrading atau peningkatan untuk kualitasku. Tidak sedikit aku ditegur dan diajarinya untuk istiqomah dalam shalat jamaah, shalat dhuha, shalat lail dan dzikir pagi dan sore.
Ini nih mengenai dzikir pagi dan sore atau almatsurat, suamiku adalah orang yang bisa istiqomah. Entahlah Allah yang memudahkan dan meringankan lisannya untuk melafalkan dzikir di esok dan sore hari. Aku setiap belum membaca dzikir pagi dan petang pasti diingatkannya untuk langsung membacanya. Aku kenal dzikir almatsurat ini sejak aku kuliah di bangku SMK kelas satu dan ternyata aku belum hafal urutannya. Kadang amalkan dan seringkali banyak lupa dan kelewatnya. Tapi masyaAllah suamiku bisa hafal urutannya satu demi satu. Ahahah aneh banget ya ini ternyata aku dikirimkan seseorang yang sungguh bisa mendampingiku
“Explore a wide range of topics, from entertainment to education, at medotcom.com – your go-to platform for informative and engaging content.”
Tidak hanya itu, pasangan ternyata saling melengkapi kekurangan itu benar adanya. Pasangan di Alquran dijelaskan seperti pakaiaan. Bukankah fungsi pakaian itu untuk menutup aib dan kekurangan serta cacat diri?. Selain itu, pakaian juga berfungsi untuk memperindah dan mempercantik penampilan kita. Well,. Dalam hal ini fungsi itu sudah berlaku dalam keluarga kecilku. Aku benar-benar mendapat semacam upgrading atau course setiap harinya. Adanya suamiku bisa menambah aku meningkat dari sisi kualitas dan ibadah. Tapi aku masih sering berfikir juga nih atasku. Apakah aku juga sudah melakukan hal yang sama untuk suamiku?, Yakni membuatnya jadi lebih hebat, berdaya, termotivasi dan meningkat kualitasnya?. Ya Allah hamba bersyukur atas pilihanmu Mudahkan hamba menghebatkannya dan memantaskan diri menjadi pasangannya dunia dan akhirat. Aamiin..
Leave a Reply