MY TAARUF STORY – Cerita taarufku ini masih ada hubungannya dengan judul sebelumnya. Broken Heart And What Should I do. Patah hati dan apa yang harus kulakukan waktu itu untuk patah hatiku. Dan traalaa…benar ya memang, kita akan menemui pelangi kadangkala selepas derasnya hujan.
Karena teramat sedih dan jatuhnya diriku dalam kepatah hatian, sontak aku berdoa. Memohon dipilihkan jodoh yang benar-benar diridhoiNya dan juga tepat buatku. Sehingga yang kulakukan ketika menangis dan berdoa waktu itu sembari kutindaklanjuti dengan sebuah ikhtiar.
Ya, selanjutnya kuambil hapeku dan kulanjutkan mengetik pesan singkat di whatsapp. Kucoba menghubungi Founder Sekolah Calon Ibu yang kukenal dan kuikuti programnya. Jujur, sampai aku ikut sekolah calon ibu waktu itu memang diluar dugaan. Karena awalanya tidak ada rencana untuk bergabung.
Alasannya karena aku berpikir kita bisa belajar dari banyak sumber. Akan tetapi karena kulihat sosok Teh Deri yang membuka acara SCI waktu itu terlihat tulus dan bersemangat, aku jadi ikut. Sehingga yang mempengaruhiku untuk bergabung dengan SCI adalah sosok dan kharisma seorang akhwat yang biasa dipanggil teteh ini.
AWAl CERITA TAARUFKU DARI FOUNDER SEKOLAH CALON IBU
Oiya sampai lupa ..tadi aku mau cerita apa yang membuatku mulai dengan proses taaruf ini. Waktu itu kuambil hape dan kuketik pesan ke teteh.. “Teh…ada ikhwan siap menikah?lulusan Sekolah Calon Ayah?.. dan bla bla bla percakapan berlanjut. Kemudian teryata ada seorang ikhwan yang juga sedang menunggu untuk dikenalkan oleh teteh.
Ikhwan ini sudah berulang kali proses taaruf dan gagal. Karena gayung bersambut, untuk kemudian aku harus menyiapkan seperangkat biodata taaruf. Sehingga akhirnya aku lanjutkan untuk menitip biodata taaruf melalui teteh dan ada waktu yang disepakati untuk ketemu awalan.
Eits..tapi jauh dari itu, aku juga harus mendapatkan data ikhwan atau biodata si ikhwan dulu ya. Hingga akhirnya ada biodata masuk dan dikirim via whatsapp, yang harus segera kupelajari. Ada banyak informasi dari data yang dikirimkan dan dari biodata tersebut aku lumayan sreg. Beda banget dari beberapa biodata yang sebelumnya pernah terkirim dan berproses denganku..hihi.
Singkat cerita, sebelum akhirnya aku memutuskan say yes dengan ikhwan ini adalah aku menanyakan pada ibuku. Ya. Bener banget..di sini decision makernya adalah ibuku yang notabene cukup dekat denganku. Dan apa yang terjadi pemirsa..?. Yaa..my mom say yes..artinya aku disetujui untuk berproses taaruf dengan mas satu ini.
MY MOM FINALLY SAY YES FOR THIS DATA…
Sosok ikhwan itu, saat ini sudah jadi suamiku. Ibuku bisa bilang yes setelah sebelumnya menanyakan “orang ini tidak merokok kan?, shalat dan agamanya baik?”. Nah seputar itulah dan hanya dalam kurun waktu dua hari atau singkat aku sudah berkabar yes. Sampai ikhwan atau mas yang sekarang jadi suamiku ini heran dengan kabar yang cepat.
Biasanya dia menunggu puluhan purnama,,eh haha menunggu berminggu-minggu untuk dapat kabar dari akhwat. Apakah akhwat tersebut bersedia untuk ke proses taaruf berikutnya atau tidak. Dan kali ini..ternyata aku memberikan kabar terlalu cepat. Hahah bagiku terus terang saja waktu itu, sisa-sisa patah hatiku masih terasa. Jadi, aku meminta ibukulah yang justru jadi penentu untuk taarufku kali ini. Bagiku tidak ada yang perlu ditunda jika memang sudah oke dengan data pertama.
Bertempat di rumah teteh yang menjadi tempat untuk taaruf pertama kami. Akan tetapi karena ada misskom ternyata masnya ga jadi datang. Sontak dia berkirim pesan “tapi gapapa ya saya salah baca jadwal teh.., semoga akhwatnya masih bersedia taaruf dengan saya”..hihi lucu juga sih.
Kalau aku lebih bersyukur aja belum jadi ketemu di awal karena aku jadi bisa banyak bercakap dengan teteh. Akhirnya pertemuan pertama gagal dan menghasilkan kenalan dengan teteh lebih lanjut. Karena jujur, sebelumnya aku pun belum pernah berkomunikasi intens dengan teteh. MasyaAllah ya. belum saling kenal tapi bisa membantu mengikhtiarkan untuk taaruf.
ENGGAK ADA DEG-DEG AN SAMA SEKALI
Well, hari yang dijanjikan akhirnya tiba dan disana kita harus mengenalkan diri dengan baik. Tentang karakter dan juga tentang latar belakang keluarga serta visi hidup. Sebelumnya aku pernah mengalami satu kali proses taaruf yang sampai ke jenjang lebih tinggi. Cie ileh haha..tapi ya akhirnya gak lanjut.
Dulu aku cukup idealis untuk harus menanyakan banyak hal berkait sosok calon. Akan tetapi saat ini di titik ini aku benar-benar ga ada ide pertanyaan apapun. Semacam kayak gak perlu ada yang ditanyakan karena sudah terjawab di biodata taaruf. Tapi ada juga beberapa obrolan singkat untuk membahas tentang keluarga dan sebagainya.
Aku bisa bilang taaruf pertama waktu itu berjalan lancar saja dan tidak ada kendala berarti. Aku juga enggak merasa deg-deg an dan sejenisnya. Benar-benar sangat santai dan berjalan dengan enjoy saja rasanya. Ohhh..sudah panjang banget ceritanya ini ternyata..dan eng ing eng..akupun sampai di proses khitbah atau lamaran selang dua bulan setelah itu. Tetapi ada satu hal yang membuatku mantap dan jadi pertimbanganku menerimanya.
SEMACAM DAPAT LIFE SIGN ATAU TANDA PAS KETEMU DI MUSHOLA ITU
Malam itu, maghrib selepas taaruf aku berhenti di salah satu masjid dekat tempat teteh. Pikirku adalah segerakan shalat maghrib karena nanti akan buat kita tergesa-gesa di jalan. Jadi, kuputuskan untuk berhenti sejenak. Dan, tanpa rekayasa ternyata masku ini saat itu sudah berada di sana.
Aku tidak melihat ada motornya waktu itu karena aku cuek saja untuk langsung masuk dan shalat. Waktu itu aku masih punya wudhu, karenanya aku langsung bergegas ke shaf wanita. Selesai dari shalat maghrib dia sudah ada di sana dan memberikan gestur seperti ingin bicara. Aku hanya bicara singkat dan ngobrol ringan.
Ternyata alasan yang memperkuatku untuk menerimanya adalah dia menjaga shalatnya tepat waktu. Aku merasa ini adalah Life Sign atau tanda kehidupan dariNya untukku. Meskipun begitu, aku masih netral dalam proses taaruf ini karena memang belum ada rasa sama sekali.
Akan Tetapi, aku juga memperhatikan tanda dari pertemuan sebentar waktu itu. Waktu itu aku bilang..”kita serahkan sama Allah nanti hasilnya apa..dan saat ini kita komunikasi seperti rekan organisasi”...maksudku adalah aku ingin kita sangat netral dalam proses ini. Biar Allah saja yang menetapkan takdirNya apakah kita akan dipasangkan atau tidak.
Maklum sajalah..orang yang pernah kecewa atau patah hati, selanjutnya dia akan tidak terlalu berharap. Setidaknya itu membuat kita menjadi lebih pasrah sama Allah dan juga takdir. Ya, kata-kata bijak saat ini bisa keluar sebegitu lancarnya karena telah terlewati. Itulah badai dan petir yang sudah berlalu..kita bakalan kadang-kadang jadi sok bijak setelahnya.
Hahaha..aku malu kalo disinggung itu sekarang..Karena suamiku sering bilang..”waktu itu adik jual mahal..sok bilang begini.. jangan berharaplah..beginilah.. begitulah..”hahaha itulah kisahku dulu..Kalo kamu gimana kisah pertemuan dengan pasanganmu?. Alhamdulillah aku pernah Allah takdirkan dibersamai dengan ilmu dan lainnya di Sekolah Calon Ibu. Karena ternyata itu adalah wasilah buatku dalam rangka menjemput jodoh pilihanNya.
Leave a Reply