A FRIENDSHIP MOMENT TO ANDONG MOUNTAIN – Persahabatan adalah anugerah yang indah dalam hidup. Memiliki sahabat seperti kita memiliki dunia ini. Sebab sahabat itu adalah orang-orang yang terus ada di sekitar kita. Mereka bisa beri kita bahagia dan empati atas apa yang terjadi di kita. Banyangin aja hidup tanpa teman dan sahabat pastilah rasanya sepi.
Aku bersyukur bangetlah pastinya punya temen-temen yang banyak. Beberapa di antara mereka adalah benar-benar sahabat yang tulus. Ada salah satu sahabatku yang baik dan tulus dia namanya Tanty. Hobinya mendaki gunung meski dia seorang perempuan. Aku diajaknya naik gunung em, lebih tepatnya diantarkannya sih. Karna dia tahu aku belum pernah sekalipun mendaki gunung. Ibaratnya ini sebagai momen melepas masa lajang gitulah.
Gunung Andong yang ada di Magelang, Jawa Tengah adalah yang kita pilih. Karena gunung ini sering dijadikan awalan atau latihan mendaki untuk pemula. Wah, akupun menyambut dengan riang tawaran dia. Jadi, tepat di sabtu sore kala itu kita berangkat bersama ber7, kita berencana untuk naik gunung andong.
Ternyata cuaca sangat ekstrem dan kita awalnya agak bingung mau tetap lanjut untuk mendaki atau enggak. Bismillah, dengan keyakinan penuh kita 6 cewek dan 1 cowok berangkat ke gunung Andong. Aku salut banget atas perhatian temen-temenku terutama Tanty yang mau mengantarkanku merasakan pengalaman muncak.
MOMEN MOVE ON YANG TERSELUBUNG
Jujur, aku sebenernya belum pernah ada pengalaman naik gunung sama sekali. Tapi kali ini karena alasan aku butuh untuk move on dari kisahku sebelumnya, aku jadi semangat. Setidaknya aku butuh sebuah momentum untuk melampaui batas diriku sendiri. Aku merasa bahwa selama ini fisikku kurang terlatih untuk kegiatan outdoor semacam naik gunung ini.
Sore hari kita berangkat ditemani oleh derasnya hujan dan kabut sepanjang perjalanan. Dengan naik motor aku membonceng rekanku septi dan kita ketinggalan jauh dari temen-temen. Sehingga sempat nyasar dan kehilangan jejak temen-temen di depan. Ahh..awal yang mendebarkan untuk sebuah pengalaman baru.
Selanjutnya kita terus melaju saja memastikan jalan yang kita ambil benar. Untung saja temenku yang boncengin aku ini pernah ke Gunung Andong sebelumnya sehingga tahu jalan. Sesampainya di sana ternyata udah ramai dengan beberapa pendaki lainnya yang akan muncak. Kita sampai di basecamp yang sebenernya aku cukup berkesan selama tinggal di basecamp ini. Karena cukup akrab dan berkesan dengan sambutan dari pemilik rumah tempat kita rehat. Namanya mbok Jembrok, mbok yang punya rumah tempat kita menaruh barang-barang selama ditinggal muncak.
Di sana kita seolah langsung akrab dan seperti dianggap cucu sendiri. Untung juga ada perapian tradisional semacam tungku yang menghangatkan badan. Sembari di deket perapian aku dan temenku berbincang banyak dengan si mbok. Oyaa..bahkan kita sempet bikin indomie dan makan bareng sama temen-temen di sana.ahhh jadi kangen sama si mbok..seperti pengen dateng ke sana lagi buat silaturahmi..
BERATNYA PENDAKIAN PERTAMA DI GUNUNG ANDONG
Hampir tengah malem, sekitar pukul sepuluh malam kita bersiap untuk naik ke atas dan tralalaa..gatau kenapa waktu itu rasanya mau muntah. Bisa jadi ini karena kita emang makan malam dulu sebelum naik. Bisa jadi lambungku kaget belum istirahat lama, tubuh dipacu untuk bergerak naik muncak. Bisa juga alasan kedua karena aku cukup grogi untuk mendaki pertama kali.
Untungnya ada Mira, dia adalah anak yang gokil dan lucu jadi aku rasanya bisa terhibur selama perjalanan. Yang kurasakan adalah persahabatan dan kesetiaan sih sebenernyaa selama mendaki bareng mereka. Aku beneran ditunggu hingga bisa menyamai langkah mereka. Oiya ada satu lagi namanya mas Ziyan, satu-satunya mas-mas yang ikut dalam petualangan kali ini. Walau gimanapun memang harus ada cowoknya dan yang cukup berpengalaman dalam dunia pendakian. Jadi, kita merasa lebih aman dan terjaga aja jadinya.
Oke, aku akan cerita betapa beratnya pendakian yang kualami waktu itu secara medan. Kata temenku Tanty yang udah terbiasa naik gunung, ini adalah pengalaman medan terburuk yang pernah ditemuinya. Malam itu kami naik dalam kondisi basah kuyup karena hujan cukup deras dan juga ada petir yang menggelegar. Jelas saja kabut dimana-mana dan jalanan yang becek membuatku harus berhati-hati karena licin.
Aku sebenarnya cukup terbantu dengan sepatu gunung yang kusewa satu hari sebelumnya. Karena dengan sepatu yang biasa buat naik gunung ini membuat aku lebih stabil jalannya. Beda hal dengan temenku ada yang sekedar membawa sandal gunung yang udah tipis. Jadinya dia agak kesusahan terutama ketika proses turun gunung.
NAIK GUNUNG ANDONG JADI MOMEN RELEASE DAN THERAPHY DIRI
Pendakian ke gunung Andong biasanya ditempuh dalam waktu dua jam saja. Tetapi kali ini kita butuh sekitar tiga jam lamanya untuk bisa sampai atas. Wah, aku bersyukur banget punya temen-temen baik yang mau mengantarku hingga ke puncak Andong sana. Selama perjalanan aku benar-benar mencoba memaknai pendakianku itu sebagai proses release atau move up dari masa lalu.
Sebentar lagi aku akan menikah, kalau gak salah itu waktu sebulan sebelum aku menikah. Jadi aku butuh momen melepas statusku dan juga kepatah hatianku yang pertama. Jadi sekitar bulan Februari 2018 awal sepertinya tapi aku lupa tanggal berapa hehehe. Niat banget sih ternyata ya semacam kudu bikin moment penting sebelum pindah ke fase baru.
Ya, sesampainya di atas aku cukup puas dan temen-temen kaget karena mengapresiasi diriku yang tidak pernah mengeluh. Katanya naik gunung ini salah satu cara mengetahui kepribadian kita ketika berada di posisi tersulit. Ya, itu semua berkat temen-temenku pastinya yang sabar nunggu dan nemeni sampai ke atas.
Sesampainya di atas ternyata udah padet banget dengan tenda-tenda pendaki lainnya. Hampir saja kita gak dapat tempat untuk mendirikan tenda. Oiya,satu lagi aku waktu itu dalam kondisi sedang datang mens hari pertama. Jadi, beneran komplit banget lah suasana dan kondisinya. Berasa lengkap sudah penderitaan yang membahagiakan diri.hehehe
Beneran, berasa lengkap banget paketannya ya komplit antara kondisi medan dan diri yang sebenarnya tidak ideal. Tapi untungnya semua aman dan ga ada sakit-sakit atau melilit dan sejenisnya. Oke, urusan mendirikan tenda udah selesai dan selanjutnya urusan tidur dengan kubangan air di bawah tenda. Hhaaha sesuatu banget ini pastinya, tapi apa boleh buat emang harus bertahan dengan keadaan itu. Alhasil,p agi harinya aku dan temen-temen bisa berfoto di puncak gunung Andong itu.
MENDAKI ADALAH FILOSOFI YANG MEMBUAT KITA BERJUANG
Finally, sekitar jam sembilan pagi kita mulai proses turun gunung dan wow..efek hujan semalam membuat jalan sangat ngeri. Banyak pendaki yang terpeleset termasuk dua temanku. Itu karena sandal dan sepatu mereka yang udah tipis jadinya licin. Tapi syukurlah aku bisa turun dengan selamat berpegangan tali dan dibantu pendaki lainnya yang ada di sana.
Well, ini memang keren karena aku istilahnya bisa menakhlukkan diriku sendiri meski berada di medan yang sulit. Banyak banget sih pengalaman yang kudapat. Salah satunya tentang persahabatan dan juga persiapan. Aku mengilustrasikan proses mendaki sebagai sebuah momen untuk menggapai sesuatu. Persiapan yang matang, fisik yang prima dan endurance atau daya tahan jadi faktor utama. Intinya benar-benar itu membuatku lebih bisa optimis dan maju terus untuk sesuatu capaian yang besar. Makasih sahabatku..aku menyebut kalian sebagai geng Andong-hahhaa luv you all
Leave a Reply