Menikah adalah menyatukan dua insan yang berbeda dalam satu ikatan. Beda latarbelakang, beda cara pandang, kebisaan dan juga lainnya. Dengan menikah harusnya dua insan itu jadi lebih berdaya dan sempurna. Aku juga mengalami masa-masa penyesuaian yang bisa dibilang ga mudah tapi juga ga sulit.
Laki-laki dan perempuan memang sangatlah beda dari mulai fisik, hingga cara berfikir dan segi emosi. Aku bisa dibilang cukup cengeng dan mudah menangis di awal-awal pernikahan. Suamiku adalah orang yang sabar akhirnya dan secara perlahan kami bisa menyesuaikan satu dengan lainnya
Hal yang salah faham di awal-awal nikah memang jadi poin yang biasa dan normal. Pinter-pinternya pasangan sih sebenernya untuk bisa menyatukan kelebihan dan kekurangan. Aku waktu sebelum nikah emang getol untuk minta calon suamiku test stifin. Ini semacam test kepribadian yang bisa bantu aku buat mengenal pasanganku.
Jadi aku membujuknya untuk tahu gimana karakter bawaan yang dipunyai suamiku. Ternyata sih beneran membantuku setidaknya untuk bisa nerima karakter bawaan dari mesin kecerdasan tertentu. Lain waktu aku akan cerita deh masing-masing mesin kecerdasaan atau MK yang kita miliki. Berikut dengan chemistry atau pola hubungan suami dan istri di antara kita gimana hahah
Oke deh, akhirnya masing-masing kita berusaha untuk berproses saling mengenal. Aku dan suamiku emang beda dari latar belakang keluarga. Aku adalah anak pertama yang bisa di bilang si sulung. Sedangkan suamiku anak terakhir dari 5 bersaudara jadi dia adalah anak bontot.
Okelah ini jadi macam poin plus buat aku dan suamiku karena setidaknya kita bukan sama-sama anak bontot atau sulung. Kalo sama-sama bisa jadi rasa egonya juga sama tingginya.
Biasanya, dalam berkomunikasi aku lebih sering agak teguh pendirian dengan ide-ideku. Trus suamiku lebih kepada mendiamkan ku dulu untuk meredakan semuanya.Tapi bagiku yang wanita, rasanya kan ga suka kalo kita didiamkan begitu. Jadi ya ujungnya kadang itu jadi salah faham gitu akhirnya. Trus yang kulakukan kalo kita lagi posisi marahan adalah aku duluan yang minta maaf.
Aku gimanapun gak pernah merasa gengsi untuk memulai dan minta maaf duluan. Lain banget sih dengan suamiku yang dia jarang dan bisa dibilang ga pernah memulai maaf duluan hahah. Katanya gengsi lah dan gimana gitu anti buat minta maaf duluan. Oke deh fix, kata suamiku ini adalah poin plusnya aku yang bisa kemudian segera memulai untuk mengclearkan duluan di antara kita.
Oke..seiring dengan perjalanan waktu, cita-cita suamiku ternyata sama denganku yakni memiliki bisnis mandiri. Aku sudah memulainya sejak tahun 2014 yakni sekitar 4 tahun sebelum aku menikah. Dan suamiku juga sebelumnya ada bisnis penerbitan dengan rekannya. Tapi memang rencana setelah nikah ingin mandiri dan punya usaha.
Akhirnya dengan diskusi bersama kita putuskan untuk kolaborasi bikin usaha baru. Aku dan suamiku agak lama itu milih bisnis apa yang kiranya sesuai dengan passion kita berdua. Lama nyari-nyari produk sampe kita ngelist dan mendatangi vendor satu-satu. Akhirnya kita berhasil punya sebuah brandname yang bergerak di usaha souvenir dan merchandise.
Ada banyak pertimbangan sih kenapa itu yang kita pilih. Karena kita akan kolaborasikan dengan bisnis travelku sebelumnya yang udah jalan. Jadi bisnis baru ini diharapkan bisa support bisnis travelku dari sisi pengadaan merchandise. Jadi, sejauh ini udah mau setahun sih bisnis souvenir dan merchandise yang kita kelola. Alhamdulillahnya udah ada hasilnya yang bia dinikmati bersama.
Aku juga seneng ngejalaninnya dan posisiku di sini bener-bener sebagai asisten dan cs buat brand kita berdua. Kedepan kita akan mengembangkan bisnis ini dengan lebih baik lagi dan juga dengan produk lainnya yang dibutuhkan pelanggan.
Kolaborasi dengan pasangan setelah menikah rasanya menyenangkan sih. Karena ibaratnya kita bisa saling melengkapi dan kadang jadi partner kerja, sahabat, pasangan dan lainnya. Rasanya sedang gak kerja aja kalau mendampingi suami berbisnis. Seperti sedang mengerjakan project bersama dan dinikmati bersama.
Well, visi itu emang penting banget dan karena visi lah kita bisa menjadikan hidup lebih hidup. Aku juga di sini ngerasa seneng bisa dapat suami yang mendukung aktifitas dan bisnisku di rumah. Ditambah lagi ada kolaborasi berdua yang membuat lebih kompak dan sempurna.
Hanya saja kekurangannya jika bisnis bareng pasangan itu kalo lagi marahan akan kebawa ke bisnis. Haha namanya juga wanita yang biasa hidup dengan perasaan dan asumsi-asumsi. Jadi, kalo lagi sebel dan ga temenan sama suami jatuhnya jadi males untuk followup ke client. Ahaha gatau sih itu aku aja kali ya yang rasain,kalo kalian di luar sana gimana? Sama ato enggak?…
Leave a Reply